Mari kita menoleh kebelakang sebenarnya dalam dunia TV dan Radio ketika siaran banyak hal-hal yang tidak kita perhitungkan malah jadi perhitungan bagi pemirsanya . Pasti anda pernah dengar bahkan sampai sekarang sering dengar seorang penyiar radio dan Tv ketika ada iklan yang akan tayang selalu mengatakan “simak setelah pesan berikut “,simak setelah yang lewat berikut”, ”simak sesaat lagi” bahkan ada yang secara polos mengatakan simak setelah iklan berikut”. Ada juga yang mengatakan cukup panjang “ Pemirsa simak setelah pesan berikut ini jangan kemana-mana “ Apa yang salah dari kalimat tadi ?.
Saya kira kalimat itu tidak ada yang salah karena ini menyangkut standard masing-masing media elektronik. Lagi pula kapasitas saya membahas ini bukan sebagai ahli bahasa . Tapi kapasitas saya membahas kasus yang pernah saya alami . Hanya karena ucapan kita dan iklan yang ditayangkan bisa-bisa kita dianggap tidak punya perasaan
Yang menjadi uneg-uneg pemikiran saya adalah ada sesuatu yang tidak pantas dan tidak etis terdengar bila berita yang ditayangkan sebelum iklan itu adalah berita bencana ,kecelakaan lalulintas dengan puluhan korban ,gempa bumi ,tsunami dll. Contoh kasus seperti ini : “Pemirsa ratusan orang diperkirakan tewas karena jebolnya tanggul situ gintung , simak informasinya setelah pesan berikut.”. lalu munculah adegan iklan dengan wajah orang tertawa dan jingkrak-jingkrak.
Terkesan posisi penayangan iklan yang lebih berharga ketimbang berita nyawa . Disini kesedihan,keterkejutan ,keprihatinan pemirsa terkesan ditahan untuk iklan komersial . Sehingga bila yang menonton kerabat ,keluarga atau orang yang punya hubungan dengan korban merasa gimana gitu ?…artinya media jangan sampai dituding tidak merasa berduka .
Coba bayangkan bila kejadiannya seperti ini : “Pemirsa ratusan orang diperkirakan tewas karena jebolnya tanggul situ gintung , simak informasinya setelah pesan berikut.” lalu munculah tayangan iklan yang isinya jingkrak-jingkrak anak muda yang tertawa sedang meminum minuman merk tertentu atau muncul iklan yang mengekpresikan wajah seseorang yang lagi menikmati lezatnya makanan dengan mengatakan Hmm nikmaaat !!” atau muncul iklan produk kejantanan pria dimana seorang wanita bicara sambil mendesah dan bibir sensualnya yang pikiran kotor saya sebagai pemirsa akan mengatakan busyet sedang berduka kok diledek dengan kenikmatan .
Sekarang kita tegaskan Iklannya tidak kita salahkan tapi standard pengucapannya yang harus diperbaiki. Ciptakan standard pengucapan kata yang lebih netral bagi penyiarnya jika menemukan kasus berita bencana yaitu dengan mengucapakan “simak sesaat lagi” atau pilih terlebih dahulu iklan mana yang terlebih dahulu ditayangkan . Saya lihat sudah ada TV yang menerapkan standard ucapan yang netral. Ucapan netral lainnya bisa juga dengan kalimat pemirsa ”kita break sejenak “.
Bila saya memposisikan diri sebagai pemirsa maka saya merasa pas bila menggunakan kalimat “Simak sesaat lagi “ ,berarti pemirsa diminta bersabar atau bisa siap-siap untuk membesarkan volume tv .Dan itu berarti media dalam hal ini tetap bisa menayangkan iklannya tanpa takut dianggap menyinggung nilai –nilai kemanusiaan dan pemirsa yang kebetulan anggota keluarga atau kerabat tidak merasa di “senggol hatinya” yang lagi duka .
Apa yang menjadi tulisan saya ini juga pernah secara nyata terjadi ketika saya siaran 5 tahun silam ada berita bencana , tapi saya mengucapkan simak setelah pesan-pesan berikut lalu yang muncul iklan sehat lelaki perkasa isinya ada perempuan yang manja dengan kalimat yang mengexpresikan kepuasaan atas kejantanan suaminya …ah kalau saya ingat itu sempat dianggap penyiar yang“ngledek” dan saya merasa bersalah. ..benar buktinya usai siaran ada pemirsa yang kirim sms pada saya dengan tulisan ..”berita bencana ditunda demi iklan semprul ! anda ngledek ya manusiawi sedikit dong..” Ternyata banyak hal yang tidak kita perhitungkan menjadi perhitungan bagi pemirsanya . Dan memang kita harus banyak belajar dari pemirsa .(Bram Wijaya)
Jumat, 08 Mei 2009
Simak Setelah Pesan Berikut


Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar