Radio jangan terkungkung hanya bisa didengar dan terkungkung membuat format hiburan tapi cobalah untuk membuat radio yang lebih mencerdaskan penyiar dan pendengarnya .Lebih kreatif tidak alergi dengan IT . Ini adalah ajakan yang para pembicara dalam pelatihan jurnalistik kerjasama Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Bali (PRSSNI Bali ) kerjasama dengan Dewan Pers (19/06) Pelatihan ini sangat membantu membuka wawasan kita tentang apa itu jurnalistik radio. Dan potensi apa yang bisa didapatkan dari sebuah format radio Berita jadi perbincangan hangat dalam pelatihan ini.
Tampil sebagai pembicara Indra Bigwanto . Indra Bigwanto ini adalah sosok yang tidak asing lagi didunia ardio ,Siapa yang pernah mendengar nama Bandung FM ? Bagi pendengar setia radio, nama stasiun yang satu ini masih cukup asing. Setidaknya dalam kurun waktu enam bulan ke belakang. Wajar saja, pendengarnya juga hanya diperkirakan 3.000 orang. Bahkan, peringkatnya juga hampir paling bontot, yaitu di posisi 46.
Namun, siapa sangka hanya dalam waktu enam bulan, Bandung FM langsung meroket. Memang masih belum setenar radio swasta yang sudah berdiri puluhan tahun. Tapi yang ajaib, justru beberapa radio berpamor tinggi peringkatnya sudah disalip radio yang bisa disebut masih “anak bawang”. Pendengarnya bertambah puluhan kali lipat menjadi sekitar 90 ribu. Sementara peringkatnya langsung menyodok ke posisi 11.
Jangan tanya soal modal atau promosi besar-besaran. Pasalnya sang pemikir satu ini tak mengandalkan jurus tersebut untuk memajukan radio yang baru satu semester digarapnya. Nah, kuncinya ternyata ada pada program yang dibuat untuk menarik jumlah pendengar yang banyak.Pengalaman inilah yang ingin ia tularkandalam pelatihan jurnalistik radio.
Dalam pelatihan ini Indra menyarankan agar Radio lebih banyak membuat program berita yang menarik dan juga tidak terkungkung dengan format hiburan .Seandainya radio hiburan alangkah baiknya tidak semuanya hiburan .
Dalam makalahnya Bigwanto mantan Direktur radio OZ FM Bandung ini juga mengatakan agar radio jangan terkungkung hanya bisa didengar . Ia memberi contoh radio Global FM Bali yang ia anggap kreatif mampu berinovasi dengan streamingnya yang bisa ditonton.
Salah satunya mampu mencerdaskan daya pikir atau wawasan penyiar karena penyiar tidak terkungkung pada satu thema saja yaitu hiburan melulu. Sedangkan Radio Berita penyiarnya setiap hari mesti ketemu dengan sebuah permasalahan baru atau thema baru lagi saat memandu acara bahkan penyiar pada format berita menjadi cambuk bagi penyiar untuk memperdalam wawasannya.
Demikian hal itu disampaikan Sikha Purnama Dewi penyiar radio Global Fm Bali yang menjadi peserta dalam pelatihan jurnalistik. Dan yang lebih penting kata Sikha radio jangan alergi dengan tehnologi khususnya IT.Radio berita memang terkesan dianggap belum punya potensi oleh sebagian orang radio itu bisa dimaklumi karena dikira radio berita itu isinya baca berita saja tapi lebih dari itu radio berita bisa diramu di buat sentuhan kreatif umpamanya radio melibatkan masyarakat untuk beri informasi local didaerahnya atau dimana saja ia melihat berita menarik informasikan ke Radio dan masih banyak lagi cara kreatif membuat radio berita lebih dicintai masyarakat
Radio berita itu baru muncul setelah reformasi jadi oleh sebagian orang radio dianggap sebagai “barang baru” dan belum punya potensi . Radio berita memang dari sisi investasi lebih banyak dikeluarkan jadi mungkin saja banyak yang lebih suka bikin radio hiburan investasi lebih sedikir tapi ternyata pemain radio hiburan berjubel . Dan pendapat lain apapun format radionya bila dipegang orang-orang kreatif maka akan “hidup”.(Brmw)
Senin, 21 Juni 2010
Radio Jangan Terkungkung Dengan Format Hiburan


Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar