Photobucket
Dengar dan Saksikan siaran saya di Web ini setiap hari pukul 10-12.Dalam acara Bisnis Global kami hadirkan info bisnis aktual, kisah sukses ,motivasi enterpreneur dan info inspiratif lainnya. Bila Anda ingin Menghubungi kami , kontak ke no HP 08123945684, Pin BB 74E96D53 Whatsapp : +6289654775541 Wechat : +6289654775541 FB : @bramwijayabali

Selasa, 07 Juni 2011

BACA NASKAH TAJUK


Ini adalah salah satu contoh membaca naskah tajuk ala saya : tajuk sering kita baca di media cetak namun belakangan tajukpun sudah diangkat ke televisi dan radio. Bagi radio dan tv dengan format berita ,sepertinya tajuk sudah menjadi semacam acara andalan yang ingin menunjukan pemikiran media bersangkutan akan suatu peristiwa, silahkan klik div share diatas . Semoga bermanfaat :

Sekali lagi kita melihat adanya permainan politik yang kurang kondusif di Indonesia. Berkaitan dengan gonjang-ganjing yang terjadi di Partai Demokrat, kita mendengar adanya upaya-upaya mendeskreditkan partai itu dari pihak luar. Di media massa kita mendengar adanya tuduhan dari elit Partai Demokrat bahwa ada oknum yang bernisial ”A” telah mengirimkan SMS gelap untuk mendeskreditkan partainya. Upaya menjelek-jelekkan itu juga menimpa Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Presiden juga mengutarakan hal itu melalui siaran televisi dan juga telah mendapat tanggapan dari masyarakat. Seperti biasa, silang pendapat soal itu muncul, ada yang memihak pernyataan presiden tetapi juga ada yang menyatakan pernyataan presiden tersebut berlebihan.


Ada beberapa hal yang mesti kita garisbawahi berkaitan dengan persoalan tersebut. Yang pertama adalah soal upaya untuk mendinginkan suasana politik. Harus kita akui, yang dipentingkan saat ini di Indonesia adalah upaya pendinginan politik tersebut. Ini penting dilakukan karena setelah reformasi kita sering kali ribut-ribut soal politik. Keributan itu bisa karena persoalan pemilihan umum, korupsi, pemilihan menteri, atau pembentukan partai politik. Ditambah dengan masalah korupsi yang dilakukan partai politik, negara ini sepertinya tidak pernah habis-habisnya mempunyai masalah. Padahal kalau kita mau jujur rakyat sudah bosan dengan morat-marit seperti itu. Di jaman Orde Baru, rakyat sudah bosan dengan perilaku elit yang terlalu berkuasa. Ini saja telah menimbulkan tekanan batin. Jika Orde Reformasi juga memberikan kekecewaan kepada rakyat, lalu kapan rakyat akan bisa menikmati kenyamanan sosialnya. Jadi, kita harapkan partai politik sebagai sebuah lembaga, mampu memberikan sumbangan baru dalam upaya-upaya mendinginkan suasana politik tersebut. Tidak bisa lain, elit partailah yang seharusnya mampu melakukan hal tersebut, dan elit partai harus mampu menyadari, sadar, dan tanggap akan hal tersebut.

Yang kedua, tentang moralitas partai politik. Mau tidak mau kita harus menyebutkan bahwa sumber penting dari moralitas itu dalam jagat politik di Indonesia ada di partai politik. Moralitas ini penting di jaman sekarang. Munculnya demokratisasi di jaman reformasi harus dikaitkaan dengan moral. Artinya etika, sopan-santun di dalam berpolitik itu harus mampu memberikan sumbangan positif terhadap perilaku masyarakat. Partai politik, dalam pengertian yang paling umum adalah sebuah kelompok. Dan inilah yang paling berpengaruh pada perilaku politik masyarakat. Efek tidak sehatnya akan mudah dirasakan kalau masyarakat justru mencontoh apa yang dilihat oleh elit politik yang secara struktur sosial memang berada diatas mereka. Jangan dilupakan kalau masyarakat kita masih menganut budaya paternalistik, yang mudah mencontoh apa yang dilakukan atasannya. Fenomena demikian kita takutkan akan menyebar menuju masyarakat akar rumput, sebab merekalah yang akan mencontoh apa-apa yang terlihat dari atasannya.

Hal lain yang perlu kita pertimbangkan adalah efek dominonya. Negara adalah sebuah sistematika yang terstruktur secara beranting. Politik merupakan unsur dari struktur tersebut. Apbila ada contoh negatif yang muncul dari jagat partai politik Indonesia, maka yang kita khawatirkan adalah munculnya peniruan-peniruan dari komponen yang ada di bawahnya. Partai politik tentu mempunyai cabang-cabang di berbagai propinsi di Indonesia, yang selanjutnya mempunyai cabang juga di kabupatan sampai di pedesaan. Contoh buruk yang diberikan oleh puncak partai akan ikut ke bawah. Soalnya kemudian, fenomena fitnah itu dilakukan oleh paartai politik. Maka fitnah memfitnah inilah yang akan mungkin bisa dicontoh oleh cabang-cabang partai politik tersebut. Akibatnya, hubungan partai politik yang tidak baik, bukaan saja terlihat pada tataran elit atas tetapi juga pada tataran alit bawahannya. Hubungan antar partai politik menjadi tidak baik.

Demi menghindari masalah-masalah tersebut, marilah kita perbaiki pola hubungan antar partai politik di Indonesia. Dan cara untuk memperbaiki itu adalah dengan memperbaiki moralitas dari elit partai politik kita. Seluruhnya kita harus memahami persoalan tersebut. Mari kita berbenah untuk memperbaiki baik perilaku maupun kinerja elit dan partai politik di Indonesia. (Balipost)

0 komentar:

 
Powered by Blogger