Beberapa hari lalu saya ngumpul bareng awak radio dan tv se Bali .Benar juga satu dua hari tidak bakal cukup ngomongin radio dan tv . Acara yang difasilitasi oleh AJI (Asosiasi Jurnalis Indonesia ) Denpasar ini bisa ditebak isinya jadi seperti temu kangen karena acara ini pesertanya saling kenal satu sama lain para "dedengkot media" radio dan Tv . seperti Muliarta yang sama-sama jebolan TOP FM Bali yang sudah jadi wartawan kondang . Tapi ada juga "orang baru" yang ternyata juga menjadi warna baru dalam hal pemikiran kreatifitas siaran.
Ada beberapa hal yang membuat saya suka yaitu lokal content mesti menasional gaungnya kalau perlu mengglobal maka diacara ini peserta pelatihan diberikan pemahaman dan pemikiran kreatif acara lokal seperti apa yang mesti digarap. Terkesan sekama ini acara lokal dinomorduakan tapi sebenarnya justru bisa kebalikan jadi nomorsatu dan trendsetter kalau tahu taktik dan didaktiknya . Sebenarnya kalau diecritakan menarik juga ya soal desain acara lokal ini. Tapi untuk sementara ini saya lebih suka yaitu yang berbau siaran streaming .
Ada beberapa hal yang membuat saya suka yaitu lokal content mesti menasional gaungnya kalau perlu mengglobal maka diacara ini peserta pelatihan diberikan pemahaman dan pemikiran kreatif acara lokal seperti apa yang mesti digarap. Terkesan sekama ini acara lokal dinomorduakan tapi sebenarnya justru bisa kebalikan jadi nomorsatu dan trendsetter kalau tahu taktik dan didaktiknya . Sebenarnya kalau diecritakan menarik juga ya soal desain acara lokal ini. Tapi untuk sementara ini saya lebih suka yaitu yang berbau siaran streaming .
Yang menarik bagi saya KPID Bali mempersilahkan bagi anggota masyarakat yang memiliki kreatifitas membuat radio streaming yang selama ini susah mendapatkan ijin siaran untuk mengekpresikan siarannya melalui dunia maya sebelum hal tersebut diatur dalam UU siaran . Demikian dikatakan oleh anggota KPID Bali Yasa Adnyana . Dalam Acara Kecakapan Mendesain Penyiaran Publik Yang Demokratis , yang diselenggarakan Aji Denpasar di Hotel All Season Denpasar 21-22 Desember. 2013
Statement KPID Bali itu berkaitan dengan pertanyaan yang saya ajukan berkaitan banyak masyarakat beralih bikin radio streaming karena dianggap kuota yang terbayas bagi radio siaran dan ijin yang juga sulit Dan hebatnya radio streaming ini mampu siarannya mendunia walau tanpa tower dan siaranya bisa dimana-mana ,siaran ini bermodalkan laptop saja dan bisa diakses via PC dan Smartphones, Jadi memang Radio live streaming ini kelebihannnya tidak bisa dilakukan oleh radio konvensional . Seperti jangkauan yang tanpa batas .
He he terus terang saja saya juga suka mengutak-atik dan suka bikin siaran radio streaming. Karena ada trend masyarakat baik dalam wadah komunitas tertentu atau secara pribadi ingin memiliki radio siaran di ranah internet karena modalnya jauh sangat kecil namun dengan jangkauan tak terbatas.Seperti SSP radio streaming yang sukses eksist sebagai radio siaran tanpa frequensi dan tower yang saya buat ini dan masih banyak lagi .
Namun demikian Yasa Adnyana juga mempersilahkan agar prinsip-prinsip dan etika siaran yang baik didunia offline bisa dijadikan acuan para pelaku siaran streaming seperti yang sudah diterapkan bagi radio konvensonal yang berijin..
Lebih jauh Yasa Adnyana mengatakan KPID Bali tidak ada bermaksud memasung kreatifitas justru KPID Bali dengan Misi dan visisnya sebenarnya justru menggaungkan agar radio memiliki kreatifitas yang mampu mengedukasi khalayak pendengarnya, termasuk dalam hal mendesaih penyiaran yang publik yang demokratis.
Dalama Pelatihan ini juga di praktekan sebuah simulasi siaran bermuatan lokal dari presentasi sampai pelaksanaan siaran .
0 komentar:
Posting Komentar