Menulis itu semudah melihat dan merasakannya . Apa yang kita rasakan itulah yang kita tulis. Kemudian kalau ada data itulah yang jadi pelengkapnya . Mari kita mulai dengan sebuah kombinasi antara memainkan imaginasi dan apa yang juga kita rasakan dewasa ini : Pertama lihat dulu obyek photo yang saya pasang dengan gambar seorang anak bawa sapu ijuk. lihat dengan seksama biarkan pikiran anda secara "liar" menerjemahkan apa yang anda lihat lalu "muntahkan" dalam bentuk tulisan . Tulis saja tidak usah banyak ragu ragu dengan berpikir dan terdiam urisan salah atau betul nanti ulangi dengan "tulis halus". Contohnya inilah "muntahan" kalimat dari imaginasi yang kita pikirkan :
....Saya mengharapkan bahwa generasi sekarang harus dibiasakan memiliki pola hidup bersih dan jeli terhadap ketimpangan yang ia lihat dilingkungannya. Dengan mendidik selalu bersih secara pandangan mata maka ia juga dilatih "melihat dengan hati" apakah ada ketimpangan di lingkungannya. Membawa sapu kesekolah itu sangat baik dan orang tua dirumah perlu beri pemahaman pada anak bahwa bersih disamping setengah dari iman namun juga bersih untuk jujur.
Nah itilah cara mengasah DAYA TULIS kita . Saat ini sebagai seorang penyiar Radio atau TV juga diharapkan memiliki Daya Tulis yang baik. Itulah tunyutan penyiar di era sekarang.
Dalam dunia siaran seorang penyiar juga sangat wajib hukumnya untuk belajar jeli. Jeli apa yang dikatakan nara sumber , jeli apa yang kita lihat dilungkup berita . Berwawasan itu adalah satu cara agar kita bisa
mengimbangi siapapun narasumbernya . Dan membangun wawasan tidak perlu kita harus belajar kuliah lagi tidak tapi ikuti saja perkembangan berita tertentu agar kitapun bisa menganalisa untuk membuat tajuk misalnya dan wawancara.
0 komentar:
Posting Komentar